
Mengenal Tiga Serangkai Tokoh Indische Partij
Jakarta, PaFI Indonesia — Indische Partij merupakan partai politik pertama di Hindia Belanda pada era penjajahan Belanda di Indonesia. Tokoh Indische Partij dikenal dengan sebutan tiga serangkai.
Mereka terdiri dari Ernest Francois Eugene (E.F.E.) Douwes Dekker atau dikenal juga sebagai Danudirja Setiabudi, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara.
Berikut penjelasan mengenai ketiga tokoh dari Indische Partij serta perjuangan partai politik tersebut seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Latar Belakang Indische Partij
Latar belakang Indische Partij dimulai dari kekecewaan Douwes Dekker terhadap diskriminasi dan ketimpangan status terhadap masyarakat Indonesia asli, masyarakat campuran Indonesia-Eropa, dan Belanda.
Sebab, ketika itu, akses pendidikan, sosial, dan ekonomi hanya berpihak kepada orang-orang Belanda. Sementara sebagian campuran Indonesia-Eropa mendapat akses, sedangkan orang Indonesia asli tidak.
Menurutnya, jika masyarakat Indonesia asli ingin memperjuangkan haknya mereka harus bekerja sama dalam satu wadah. Maka ia ingin membentuk sebuah partai politik yang dapat menjadi wadah tersebut.
Di sisi lain, Cipto Mangunkusomo dan Ki Hajar Dewantara juga kerap mengeluarkan kritik dalam bentuk tulisan di media massa kepada pemerintah Belanda.
Mereka kerap melempar kritik soal sikap pemerintah Belanda yang sewenang-wenang dan menyengsarakan masyarakat Indonesia.
Dari sinilah, ketiganya kemudian mendirikan Indische Partij pada 25 Desember 1912 dengan landasan kebangsaan atau nasionalisme.
Selain itu, ada pula dasar pembentukan partai politik karena kekecewaan mereka terhadap Boedi Utomo yang tak sepemikiran lagi.
- Tujuan Tiga Serangkai Tokoh Indische Partij
- Tujuan Indische Partij terdiri dari tujuan jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut.
- Tujuan jangka pendek: Mempersatukan bangsa Indonesia, termasuk campuran Indonesia-Eropa yang mau mengakui dasar pergerakan.
Tujuan jangka panjang: Mencapai kemerdekaan bagi Indonesia.
Tokoh Indische Partij
Berikut profil singkat dari masing-masing tokoh Indische Partij.
1. Douwes Dekker
Douwes Dekker adalah keturunan Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa. Keluarganya adalah keturunan Eropa yang tinggal di Hindia Belanda.
Namun, ibunya memiliki darah keturunan Jerman-Jawa, sehingga ia tergolong campuran Indonesia-Eropa. Ia besar di Indonesia dan menempuh pendidikan di HBS di Batavia.
Saat dewasa, Douwes Dekker bergabung ke beberapa surat kabar sebagai wartawan dan penulis. Ia juga merupakan aktivis politik hingga akhirnya mendirikan Indische Partij.
2. Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo merupakan keturunan priyayi yang memiliki kesempatan sekolah di STOVIA. Kendati begitu, ia menentang gagasan bahwa priyayi harus tunduk pada pemerintah Belanda.
Hal ini membuatnya kerap mengkritik pemerintah Belanda yang dianggap merendahkan martabat bangsa.
Kendati begitu, hal ini tidak serta merta membuat pemerintah Belanda benci kepadanya karena di sisi lain, Cipto berjasa dalam membasmi wabah pes di Malang pada masa itu sehingga diberi penghargaan.
Namun, hal ini tidak membuat Cipto berhenti menentang pemerintah Belanda.
3. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Suwardi Suryaningrat. Ia merupakan keturunan bangsawan, Pangeran Suryaningrat, putra pertama Paku Alam III, sehingga memiliki akses pendidikan yang baik dengan bersekolah di ELS.
Kemudian, ia melanjutkan sekolah ke STOVIA yang merupakan sekolah kedokteran, tetapi memiliki minat pada dunia jurnalistik.
Maka dari itu, ia suka mengirim tulisan ke berbagai media massa, termasuk tulisan yang mengkritik pemerintah Belanda.
Akhir Perjuangan Indische Partij
Dalam perjalanannya, Indische Partij rupanya mampu menjaring massa. Bahkan, kurang dari setahun, partai politik ini dapat menjaring hingga ribuan anggota di Hindia Belanda.
Mulai dari kalangan masyarakat Indonesia asli, campuran Indonesia-Eropa, hingga keturunan China, Arab, dan lainnya.
Sebagian besar anggota Indische Partij berdomisili di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Mereka terus menyuarakan kesetaraan dan perlakuan yang adil dari pemerintah Belanda kepada masyarakat di Indonesia. Selain itu, para tokoh Indische Partij juga terus menggencarkan kritik di media massa.
Hal ini rupanya membuat ‘gerah’ pemerintah Belanda. Akhirnya, pemerintah Belanda menetapkan bahwa Indische Partij adalah organisasi terlarang sehingga dibubarkan pada 31 Maret 1913.
Tak hanya membubarkan Indische Partij, pemerintah Belanda juga mengasingkan ketiga tokoh partai politik tersebut. Ketiganya diasingkan ke Belanda mulai 27 Agustus 1913.
Setahun kemudian, masa pengasingan Cipto Mangunkusumo dicabut. Sementara masa pengasingan Douwes Dekker dicabut pada 1917 dan Ki Hajar Dewantara pada 1918.
Itulah penjelasan mengenai tokoh Indische Partij serta kiprah partai politik pertama di Hindia Belanda. Selamat belajar!